Waktu berlalu tanpa berbicara
kepadaku, seolah ia datang dan pergi tanpa permisi, baru kurasa pagi, sekarang
sudah petang kembali. Semua berlalu begitu cepat. Membawaku pada hari yang
selalu kualami dengan begini dan begini. Bosaaannn!!! Aku sangat bosan! Tapi
aku berhenti sejenak. Berhenti untuk mengatakan bosan!
Karena jika ku pikir dan pikir kembali, yang membuat semua terasa membosankan adalah diriku sendiri. Aku yg membuat kebosanan bagi diriku sendiri. Berhenti sejenak, berpikir, mengulang semua langkah yang pernah kuambil, merenung akan banyak kesalahan yang begitu gampangnya ku lakukan. Aku sadar, sekarang bukanlah saatnya untuk merasa bosan. Merasa hidup ini hanya sebuah looping (perulangan) dalam logika pemrograman, seakan aku tak berhak dan tak mampu untuk mengubah kebosanan itu sendiri. Jika saja aku dapat berlari mengelilingi taman di hari minggu yang cerah ini, jika saja aku mampu menulis di pinggir danau di temani oleh burung yang sedang menari-nari di langit danau itu, jika saja aku pergi mendengarkan lantunan biola di stasiun kota seperti tempo hari, jika saja. Banyak if(jika pengandaian) yang muncul dalam benak kita, namun seringkali jiwa kita sendiri yang tak mau untuk mewujudkannya. Jiwa kita sendiri yang malas untuk mengejar apa yang sebenarnya ingin kita lakukan. Diri ini sendirilah yang seringkali menolak untuk menuruti keinginan hati. Ya...diri ini sendirilah yang sebenarnya pemegang kendali. Tapi? Semuanya seakan hanya sebuah angan di hati. Aku sendirilah yang melarang aku untuk tidak melakukan itu. Karena ? banyak alasan! Itu. Sebuah permasalahan yang seringkali muncul dalam diri kita, ALASAN!
Karena jika ku pikir dan pikir kembali, yang membuat semua terasa membosankan adalah diriku sendiri. Aku yg membuat kebosanan bagi diriku sendiri. Berhenti sejenak, berpikir, mengulang semua langkah yang pernah kuambil, merenung akan banyak kesalahan yang begitu gampangnya ku lakukan. Aku sadar, sekarang bukanlah saatnya untuk merasa bosan. Merasa hidup ini hanya sebuah looping (perulangan) dalam logika pemrograman, seakan aku tak berhak dan tak mampu untuk mengubah kebosanan itu sendiri. Jika saja aku dapat berlari mengelilingi taman di hari minggu yang cerah ini, jika saja aku mampu menulis di pinggir danau di temani oleh burung yang sedang menari-nari di langit danau itu, jika saja aku pergi mendengarkan lantunan biola di stasiun kota seperti tempo hari, jika saja. Banyak if(jika pengandaian) yang muncul dalam benak kita, namun seringkali jiwa kita sendiri yang tak mau untuk mewujudkannya. Jiwa kita sendiri yang malas untuk mengejar apa yang sebenarnya ingin kita lakukan. Diri ini sendirilah yang seringkali menolak untuk menuruti keinginan hati. Ya...diri ini sendirilah yang sebenarnya pemegang kendali. Tapi? Semuanya seakan hanya sebuah angan di hati. Aku sendirilah yang melarang aku untuk tidak melakukan itu. Karena ? banyak alasan! Itu. Sebuah permasalahan yang seringkali muncul dalam diri kita, ALASAN!
Alasan aku takut begini, aku
takut begitu. Ah, itu mah Cuma seperti di sinetron saja. Ah, itu mah Cuma ada
di kepalaku saja. Ah, takut hari minggu ujan, takut nggak ada teman.
Please, teman!
Alasan hanya akan membuat kita
terpuruk dan jatuh. Alasan mendidik kita untuk bersikap manja terhadap
kehidupan. Dan kau tahu mengapa aku membuat berbagai alasan ketika sebenarnya aku bisa mengejar impian itu?
Ya, kau tepat. Karena takut. Rasa takut itu terlalu besar dalam diriku. Rasa
takut itu menghalangi keberanianku muncul saat ini. Rasa takut yang terkadang
menjadi berlebihan dan berdampak tak
menyenangkan dalam kehidupan. Semua keinginan pupus, hanya karena takut.
Come On! Kenapa kau harus takut?
Apa yang membuatmu takut?
Lakukanlah selagi itu masih bisa
kau lakukan. Kejarlah selagi ia belum terlalu jauh untuk kau kejar. Datanglah
selagi kau mampu menjangkaunya dengan kakimu. Gapailah selagi kau mampu meraihnya
dengan tanganmu.
Ya...hanya itu. Just do it! Hanya
itu yang perlu kau lakukan. Jangan berpikir lagi alasan. Takut ini, takut
itu...kapan kau akan meraih mimpimu jika kau terus menerus mengedepankan
ketakutanmu di urutan nomor 1 paling depan?
Ayolah.
Mentari masih datang menantang
pagi. Petir masih sering menggelegar membelah luasnya langit, awan masih
berarak dan diam di bawah komando Sang Pencipta.
Begitu pula kita. Kita masih
mempunyai Dia. Kita masih punya nyawa, jangan kau pesimis meraih prestasi.
Semua insyaallah akan berjalan dengan semestinya. Meski tidak, semuanya tak
akan jauh dari apa yang kita usahakan.
2 komentar:
tetap sabar, optimis dan ikhlas...
n sllu semangatttt :)
I like this article very much
Posting Komentar