Kamis, 15 November 2012 0 komentar

Lentera Hati



Ada satu lentera yang menyala di hati dan pikiranku malam ini. Satu lentera yang mungkin dari kemarin aku butuhkan. Serasa ada hawa dingin berhembus di telingaku, meniupkan angin segar yang selama ini aku rindukan. Aku merasa hidup lagi. Aku merasa bahwa aku terlalu banyak tak bersyukur atas apa yang aku miliki sekarang ini. Aku terlalu fokus pada masalah yang aku hadapi. Aku tak fokus dengan apa yang bisa aku lakukan dan jalani. 

Ya, satu semangat muncul ketika aku membaca sebuah artikel yang judulnya “Just Do It” dan “Bukan masalah yang besar, tapi kitalah yang kecil”. Semangat yang semula redup seakan kembali hadir untuk mengisi hari demi hari yang harus dilalui meski kita tahu bahwa tiada seorang pun yang tahu sampai hari apa kita akan hidup. Sampai detik mana jantung kita masih berdenyut , sampai kapan hati kita masih bisa kita gunakan? Siapa yang tahu?

Lepaskan bebanmu terlebih dahulu, tenangkan hati dan pikiranmu untuk mengurai satu persatu masalahmu. Karena kau tahu bahwa yang selama ini mengganggu pikiranmu adalah masalah yang sebenarnya sangat sederhana jika kau mampu mengurainya. Ya. Permasalahan utama memang ada pada mainset pikiranmu dulu. Kedua adalah keyakinan di dalam dadamu... sejauh mana kau yakin pada dirimu sendiri bahwa kau mampu menyelesaikan soal ujian yang Allah siapkan untukmu.

Ya, mungkin saat ini kamu sedang pada puncak kelelahan dan kejenuhan. Lelah akan pekerjaanmu dan jenuh akan kegiatan yang memang menyita waktu dan pikiranmu. Tapi cobalah sebentar untuk sejenak duduk tanpa membawa beban masalah, merenung, renungi apa yang sudah dan akan terjadi, coba untuk merenung lebih dalam lagi. Mungkin memang ada yang salah selama ini. Merenung akan apa yang sudah kau lalui, coba flash back ke belakang, apa saja yang sudah kau lakukan. Bagaimana cara kamu melakukan, mungkin memang ada yang salah dengan apa yang kau lakukan itu dan perlu sebuah pembenahan. Pembenahan yang terkadang bukanlah dirimu yang mampu melihatnya, namun kaulah yang harus membenahinya. Ya, dengan cara bagaimana kau carilah apa yang memang perlu di benahi itu. jangan pernah kau berhenti tuk mencari, mencari sebuah arti, arti dari semua ini,,,,

Arti ujian yang ada di hadapanmu saat ini.
0 komentar

Pasti ada jalan...



Semangatlah! 

Yakinkan dirimu bahwa kamu mampu! Kamu pasti bisa. Ini hanya sebagian kecil ujian kehidupan. Jangan pernah berpikir bahwa hanya kau saja yang memiliki masalah besar. Anggap masalah itu hanya batu sandungan yang harus kau lewati dan tendang ke samping kanan dan kirimu agar tak menghalangi jalanmu.

Seperti kisah keledai yang jatuh ke sumur kering yang dalam. Pemiliknya bingung harus bagaimana, satu-satunya senjata yang dipegang pemilik keledai adalah cangkul. Lalu pemiliknya menggali tanah dan melempar tanah itu ke sumur. Tanah itu berkali-kali menimpa punggung sang keledai. Berkali-kali itu juga keledai mengibaskan badannya sedemikian rupa sehingga tanah yang ada di punggungnya terhempas ke samping kanan dan kirinya. Semakin lama, tanah semakin naik naik dan naik sampai akhirnya keledai itu mampu keluar dari sumur itu.

Apa yang kau tangkap dari kisah yang aku jelaskan tadi?

Yup. Masing-masing punya presepsi. Yang jelas semua bermula dari keledai jatuh ke sumur. Itulah masalah utama. Masalah kedua, sang pemilik tak mempunyai tali atau alat sejenisnya untuk mengangkat keledai itu. perlahan sang pemilik harus memutar otaknya. Yang ada di tangannya hanya cangkul yang biasa ia pakai untuk mencangkul ladangnya. Muncul satu ide untuk menaikkan ketinggian tanah dalam sumur, agar si keledai bisa naik perlahan. Disini si keledai mampu mengambil satu hikmah dan mengerti apa yang dilakukan oleh pemiliknya. Si keledai sudah benar mengambil keputusan dengan mengibas-ibaskan tanah yang berulang kali menimpanya, bukan berdiam diri dan membiarkan tanah itu mengubur tubuhnya. 

Itulah, seperti masalah yang kita hadapi. Untuk mampu menyelesaikan masalah kita harus berpikir keras jalan keluarnya. Jika tak ada alat yang dibutuhkan sebagai jalan keluar, Kreatiflah dengan menggunakan alat seadanya untuk menyelesaikan segala permasalahannya. Peka terhadap semua pancingan-pancingan orang lain. Manfaatkan itu. Jangan pernah sia-siakan. Pasti ada jalan...
0 komentar

Semua Baru...



Subhanallah, banyak hal yang aku dapat hari ini. Yang jelas satu hal yang perlu aku sadari, aku syukuri, aku masih diberi nafas dan nikmat keimanan ini. Masih bernapas di tahun baru islam 1 Muharam ini.

Berangkat dari kemalasan yang sering menghinggap, seringkali aku sendiri tak menyadari bahwa aku kehilangan banyak waktuku untuk memahami dan mengambil hikmah dari hidupku sendiri, aku tak menyadari bahwa banyak waktu yang tak kugunakan dengan sebaik-baiknya. Yah, komitmen yang pernah aku buat sendiri pun seringkali terlupa dan terendam di alam bawah sadar saja. Seperti komitmen yang pernah aku tulis untuk membaca kreatif setiap hari meski hanya satu dua artikel, membaca quran perharinya 1 jus, menulis sedikitnya 1 artikel per hari, membaca minimal satu buku dalam satu minggu, menggiatkan kembali sunnah-sunnah nabi, sholat sunah,sholawat, seperti berlalu begitu saja dalam keseharianku, 

Dan hari ini, setelah membaca 1 buku tentang pernikahan meski Cuma 1 bab dan itupun belum selesai, setelah membaca artikel tentang 10 bersaudara yang hafal alquran, setelah menonton satu trailer tentang seorang penderita cacat yang mempunyai semangat hidup dan berkarya hingga sukses menjadi wartawan bola, mengajarkanku memahami banyak hal, mengajarkanku merenungi lagi arti hidup ini. Ya, hidup sekali, harus berarti lalu mati. Setiap detik yang diberikan Allah harusnya aku gunakan untuk hal-hal yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhiratku kelak. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum ada malaikat maut mendekat.

Hari yang baru, diri yang baru, pemikiran yang baru, amalan yang baru dan semangat yang baru di tahun yang baru harus aku mulai dari sekarang, jam ini, menit ini, detik ini! Aku harus mempertimbangkan segala hal yang aku lakukan. Aku harus memaksa diri untuk tidak menuruti nafsu hati yang terkadang menyimpang dari perencanaan awal. Aku harus mampu berhitung dengan waktu, harus bisa arif dalam bertindak, harus bijak dalam bersikap. Untuk membesarkan hati, demi kemajuan diri, dan harus bermanfaat bagi semua orang di samping kanan dan kiriku. Dan yang utama adalah aku harus mampu menjadi pribadi yang tak lagi rendah diri, tak lagi memusingkan kegagalan yang akan terjadi. Lakukan saja yang terbaik, semaksimal mungkin dan sesungguh mungkin. Itu yang akan membuat kelegaan dalam hati. 

Hijrah. Ya, hijrah di tahun yang baru ini. Berhijrah dari segala keburukan yang pernah kulakukan, kemaksiatan yang memenuhi rongga pikiran, dan segala hal yang mengundang kemurkaan Tuhan ke segala amalan yang sarat akan kebaikan, sarat akan kemanfaatan dan yang pasti ada dalam keridhoan Tuhan, Allah. 

Mari, bangun bangsa dan agama mulai dari diri kita sendiri. Janganlah kita termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai akan Allah, lalai akan kewajiban kita, lalai dengan agama kita, lalai dengan bangsa kita. Semoga di tahun baru ini kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa lebih baik lagi, berkarya lebih banyak lagi, dan mendapat keimanan yang lebih kuat lagi. Amiin.
Senin, 15 Oktober 2012 0 komentar

heru


Heru. Anak  lelaki 10 tahun yang bertubuh agak gemuk itu terlihat menatapku lekat dari sudut belakang mushola. Dia terlihat tak memperhatikan Ka Iim yang sedang mengajarkannya Al Quran. Aku  mengajar iqro anak-anak perempuan di bagian depan, Teh Juju mengajar AlQuran anak perempuan di samping kiriku. Aku memperhatikan Heru sebentar dan mengajar kembali. Namun Heru mulai usil. Dia menertawai salah satu anak perempuan yang salah mengucapkan huruf hijaiyah yang sedang aku tanyakan.

Aku sedikit kesal.

“Udah ngaji Qurannya belum sama ka Iim?” tanyaku padanya.
“Udah tadi” jawabnya pendek.
“Udah lancar? Kalo udah coba ulangi lagi biar pintar...” kataku.
“Belum. Males, kan susah. Kalo iqro itu kan mudah.”katanya lagi.

Tiba-tiba Teh Juju yang sedang mengajar menyahut, seakan-akan sudah gemes dengan Heru. Sebelum ini Heru sering meledek anak-anak perempuan yang sedang belajar AlQuran.

“Kamu mau Her balik lagi ke TK? Malu donk udah kelas 5 masih ngaji di Iqro!!! Mau balik lagi ke iqro?”

Heru hanya menggeleng.  Ia terlihat malu dibandingkan dengan anak TK.

Dan aku?

Karena kejadian ini aku pun tersadar akan diriku yang mungkin ternyata tak jauh beda dengan Heru. Aku teringat di kantor tempat kerjaku. Aku seorang programmer perempuan. Jarang memang seorang programmer perempuan. Untuk itu aku sedikit istimewa, hanya sedikit. Mungkin lebih tepat di sebut sebagai programmer junior. Aku sering mengeluh dengan pekerjaanku. Pekerjaan yang memang memerlukan logika yang bagus dan intrick yang tepat.  Aku sering mengeluh pada diriku sendiri. Oh! Mending aku diberikan pekerjaan yang mudah tapi banyak dari pada seperti ini sedikit tapi sungguh menguras otak. Sussah!  Aku sering seperti itu. Yang kemudian terpikir lagi olehku mungkin Allah sedang mengajarkanku untuk bisa memiliki ilmu yang baru, sehingga Allah memberikan ini padaku. Mungkin di kemudian hari aku akan menemui hal hal yang lebih sulit dari ini. Sehingga pada waktunya nanti aku lebih mampu untuk menghadapinya. Yang berarti Allah percaya padaku bahwa aku pasti bisa melakukannya.

Ya, itulah. Salah satu pelajaran yang bisa aku ambil dari anak didikku.

Satu hal lagi yang mungkin baru aku sadari kali ini, aku kurang bersyukur dengan keadaan yang aku miliki sekarang ini, sehingga aku belum mampu untuk maksimal dan menyelesaikan pekerjaan ku dengan benar. Aku harus mampu mengalahkan semua kemalasan dan keterbatasan yang aku miliki dan menjadikannya kekuatan untuk bisa menyelesaikan semua permasalahan. Dan tak lupa bermohon pada Sang Punya Hidup ini, berdoa agar hati ini dilembutkan, agar pikiiran ini dilapangkan, agar mata ini dibukakan.

Robbi srohli sodri wayasirli amri wahlul’uqdatammillisani yafqohu qouli,,,,,
Ya Rabb, lapangkanlah dadaku, lepaskan belenggu dari lisanku, dan buatlah mereka mengerti perkataanku...

Heru. Dia juga malu di bandingkan dengan anak TK,
Masa aku ga malu??


Jumat, 05 Oktober 2012 1 komentar

Syukur Syukur dan Terus Bersyukur.


Di suatu kantor yang megah, sore itu dari kepala-kepala manusia yang mempunyai profesi berbeda masing-masing mempunyai pemikiran yang berbeda, prasangka yang berbeda pula. 

Di dalam gedung lantai 2 dengan setumpuk pekerjaan berada disampingnya, Didi mulai bosan , mulai stress dengan pekerjaan,  jika disamakan dengan komputer mungkin sudah hang sejak 15 menit yang lalu.  Lelaki paruh baya itu duduk menghadap kaca dan memandang keluar jendela, memandang seorang tukang bangunan yang sedang merenovasi tembok bagian luar gedung kantornya. Ia berbisik dalam hati , ‘Enak ya kayaknya jadi orang itu, dia hanya menggunakan tenaganya untuk bekerja, ia tak perlu susah payah untuk menghitung uang, ia tak perlu susah payah untuk mengecek data, ia tak perlu menggunakan pikirannya untuk bekerja, cukup dengan tenaganya, selesai. Tak perlu lagi pusing-pusing seperti saya.Fuh.....’ 

Sementara di luar gedung, Darto, kuli bangunan yang sedang diperhatikan oleh Didi itupun berhenti sejenak, menghela nafas panjang setelah seharian mengaduk semen dan dengan hati-hati menempelkan satu persatu keramik hitam di tembok yang sudah mulai usang itu. Capek rasanya. Seketika muncul bayangan dalam benaknya ketika melihat orang-orang berdasi yang hilir mudik dihadapannya. Bayangan tentang bagaimana orang-orang berdasi dan memakai blazer dengan nyamannya bekerja, hanya tinggal duduk di depan laptop dan mengetik satu dua huruf, hanya tinggal berbicara kesana kemari, sudah dapat uang banyak. ‘Sungguh beruntungnya mereka. Tak perlu capek dan lelah sebagaimana pekerja kasar sepertiku. Tak perlu berpanas-panas dan kotor seperti diriku....andai aku jadi mereka...enak kayaknya...’

Itulah sedikit gambaran manusia. Seringkali merasa dirinyalah yang paling sengsara. Merasa bahwa dirinya tak seberuntung orang-orang yang ada di sekitarnya. Seringkali tak mensyukuri apa yang telah mereka miliki. Ya, Itulah manusia. Yang kerjanya sering mengeluh dan mengeluh. Seringkali bukan malah memandang rumput sendiri lebih hijau dari pada rumput tetangga, itulah manusia. Yang tak pernah puas dengan apa yang dicapainya, apa yang dimilikinya. Manusia. Ya, itu hanya gambaran sebagian orang saja, semoga itu bukanlah gambaran diri kita.
Ingat kawan, karena bersyukur adalah sebuah kenikmatan, kenikmatan yang tak pernah bisa dirasakan oleh orang yang tak pernah puas menjalani hidupnya, orang yang seringkali mengeluh tanpa memeras peluh untuk mencapai yang diinginkannya. Orang yang ingin segalanya tercapai dengan instan... Ah!! Mana ada kawan! Mie instan saja harus dimasak sekian menit untuk menikmatinya, apalagi kesuksesan. Tapi yakinlah kawan, bahwa kenikmatan hidup seringkali tak didapat seiring dengan didapatkannya kesuksesan, kenikmatan hidup bisa kita dapatkan dengan bersyukur. Dan hanya orang-orang yang bersyukur yang mampu menikmati hidup, mampu memaknai hidup dengan caranya, dengan semua usaha dan doanya....
Syukuri apa yang kita dapatkan kini, karena belum tentu semua itu masih kita miliki di kemudian hari. Tersenyum dan ucapkan alhamdulillah atas apa yang kita dapati, hatimu akan lega, karena jika kau tahu di luar sana bahkan ada yang tak mampu tersenyum seperti kita.

So... Syukur syukur dan terus bersyukur.

 
;