Heru. Anak lelaki 10 tahun yang bertubuh agak gemuk itu terlihat menatapku lekat dari sudut belakang mushola. Dia terlihat tak memperhatikan Ka Iim yang sedang mengajarkannya Al Quran. Aku mengajar iqro anak-anak perempuan di bagian depan, Teh Juju mengajar AlQuran anak perempuan di samping kiriku. Aku memperhatikan Heru sebentar dan mengajar kembali. Namun Heru mulai usil. Dia menertawai salah satu anak perempuan yang salah mengucapkan huruf hijaiyah yang sedang aku tanyakan.
Aku sedikit kesal.
“Udah ngaji Qurannya belum sama
ka Iim?” tanyaku padanya.
“Udah tadi” jawabnya pendek.
“Udah lancar? Kalo udah coba
ulangi lagi biar pintar...” kataku.
“Belum. Males, kan susah. Kalo
iqro itu kan mudah.”katanya lagi.
Tiba-tiba Teh Juju yang sedang
mengajar menyahut, seakan-akan sudah gemes dengan Heru. Sebelum ini Heru sering
meledek anak-anak perempuan yang sedang belajar AlQuran.
“Kamu mau Her balik lagi ke TK?
Malu donk udah kelas 5 masih ngaji di Iqro!!! Mau balik lagi ke iqro?”
Heru hanya menggeleng. Ia terlihat malu dibandingkan dengan anak TK.
Dan aku?
Karena kejadian ini aku pun
tersadar akan diriku yang mungkin ternyata tak jauh beda dengan Heru. Aku
teringat di kantor tempat kerjaku. Aku seorang programmer perempuan. Jarang
memang seorang programmer perempuan. Untuk itu aku sedikit istimewa, hanya
sedikit. Mungkin lebih tepat di sebut sebagai programmer junior. Aku sering
mengeluh dengan pekerjaanku. Pekerjaan yang memang memerlukan logika yang bagus
dan intrick yang tepat. Aku sering
mengeluh pada diriku sendiri. Oh! Mending aku diberikan pekerjaan yang mudah
tapi banyak dari pada seperti ini sedikit tapi sungguh menguras otak.
Sussah! Aku sering seperti itu. Yang
kemudian terpikir lagi olehku mungkin Allah sedang mengajarkanku untuk bisa
memiliki ilmu yang baru, sehingga Allah memberikan ini padaku. Mungkin di
kemudian hari aku akan menemui hal hal yang lebih sulit dari ini. Sehingga pada
waktunya nanti aku lebih mampu untuk menghadapinya. Yang berarti Allah percaya
padaku bahwa aku pasti bisa melakukannya.
Ya, itulah. Salah satu pelajaran
yang bisa aku ambil dari anak didikku.
Satu hal lagi yang mungkin baru
aku sadari kali ini, aku kurang bersyukur dengan keadaan yang aku miliki
sekarang ini, sehingga aku belum mampu untuk maksimal dan menyelesaikan
pekerjaan ku dengan benar. Aku harus mampu mengalahkan semua kemalasan dan
keterbatasan yang aku miliki dan menjadikannya kekuatan untuk bisa
menyelesaikan semua permasalahan. Dan tak lupa bermohon pada Sang Punya Hidup
ini, berdoa agar hati ini dilembutkan, agar pikiiran ini dilapangkan, agar mata
ini dibukakan.
Robbi srohli sodri wayasirli amri
wahlul’uqdatammillisani yafqohu qouli,,,,,
Ya Rabb, lapangkanlah dadaku,
lepaskan belenggu dari lisanku, dan buatlah mereka mengerti perkataanku...
Heru. Dia juga malu di bandingkan
dengan anak TK,
Masa aku ga malu??
0 komentar:
Posting Komentar