Kamis, 20 September 2012 0 komentar

Berkacalah pada hatimu


Berkacalah pada hatimu, karena hanya dengan itu kau mampu berbuat sesuatu. 

Ya. Hanya ada satu cara untuk bisa membuatmu mampu melihat dirimu dengan apa adanya. Berkacalah! Berkaca pada hatimu sendiri. Bertanya pada hati. Jujur pada diri sendiri. itulah satu-satunya cara agar kau tak galau seperti ini. Jujurlah saja. Wawancarai dirimu sendiri, memutar memori apa saja yang telah kau lalui. Kesalahan apa saja yang belum kau perbaiki. Amanat apa saja yang kau tak jalani. Kewajiban apa saja yang telah terlupa dari diri. Ya, kau hanya perlu itu. catatlah dirimu sendiri pada selembar kertas putih yang belum terkotori. Kau akan lihat bahwa masih banyak hal yang ternyata baru kau sadari hari ini. Bahwa fikiran tak sejernih prasangka hati. Bahwa hati masih berbalut debu setebal dinding batu. Bahwa mata sering memandang yang tak seharusnya. Telingamu bahkan tak mampu menyaring hal-hal yang tak berguna. Tanganmu tak pernah sedikitpun mau memberi sebagian harta, menolong fakir pun sering terlupa. Bahwa diri belum mampu mengemban amanat yang seringkali terlalaikan. Oh! Ternyata masih banyak hal yang tak kau sadari sejak lama. Sejak hati telah kering seperti layu. Sejak mata liar menatap nanar setiap hal yang mengundang kemaksiatan. Sejak fikiran tak lagi mengingat Yang Kuasa.

Ya Allah.. sungguh, jika kau catat satu persatu perbuatanmu, mungkin kau akan malu. Malu untuk meminta balasan surga padaNya, malu dan tak lagi sombong bahwa ‘aku tak akan tinggal di neraka!’ , masih yakinkah kau bahwa tempatmu nanti adalah surga? Masih yakinkah jika hari ini kau tak melakukan apa-apa untuk-Nya lantas kau bisa masuk seenaknya ke dalam surga kemuliaanNya? Ngaca donk! Ngaca!...  bangun malam pun kau tak pernah! Dhuha saja semau sendiri, sholat wajib tak pernah berjamaah, sedekah saja pake uang koin 500an, padahal di dompet ada 100 ribuan. Dimana malumu? Kau meminta surga dengan tak membawa jaminan apa-apa. Belum lagi jika memperhitungkan hatimu. Niatmu. Bisakah kau jelaskan padaku semua niatmu beribadah untuk apa? Sanggupkah kau berkata padaku bahwa hatimu berbuat karena benar-benar ikhlas lillahi ta’ala?

OH, ternyata sulit juga yah pengen ke surga!

Sahabat. Masing-masing diri kita mempunyai tingkat keimanan yang berbeda. Fluktuasi iman pun sering naik turun tanpa kita duga. Setiap kita berhak untuk memasuki surgaNya. Setiap kita mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan seluruh pengabdian kita kepadaNya. Termasuk hati kita. tapi seyakin apa kita dengan diri kita. tapi jangan terlalu yakin ya , kamu akan dimasukkan ke surga, nanti malah jatuhnya sombong. Tapi yakinlah bahwa Ampunan Allah luas seluas samudera disana, bahkan jauh lebih luas. Tangan Allah menggenggam masing-masing hati kita. Dia selalu menjaga kita. selalu bersama kita. Ya. Tahukah kamu bahwa Allah sangat menyayangimu? Kalaupun jika saat ini Allah memberikanmu sebuah hal yang terlihat seperti ada di luar kemampuanmu. Itu hanya satu dari seribu cara Allah menyayangi kita. Allah memberikan itu pasti mempunyai maksud di balik itu. Allah memberikan ujian itu bukan berarti Allah membencimu. Tidak! Allah selalu sayang kepada hambaNya yang menyayangiNya pula. Allah selalu cinta pada hambaNYa yang mencintaiNya. Maka berhusnudzanlah padaNya.

Tenanglah....

Pintu taubat masih terbuka lebar. Bahkan sangat-sangat lebar. Jangan kau sia-siakan kasih sayangNya. Jangan kau lalai dengan dunia. Jangan kau lupa bahwa Allah senang jika hambaNya berdoa. Allah senang jika hambaNya membaca AlQuran untukNya. Allah senang jika hambaNya bersujud di 1/3 malam terakhirnya sembari menangisi semua dosanya, sembari berdoa meminta keteguhan iman dan bersihnya jiwa,disamping doa-doa yang lain.

Allah, bahwa hati ini tenang mengingatMu, benar adanya.
Minggu, 02 September 2012 0 komentar

Tuhan, Maaf Saya sedang sibuk!


Pagi menjelang dan jalan mulai ramai oleh manusia yang hilir mudik menuju tempatnya mencari nafkah. Ya. Manusia memang diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi untuk mengais rejekinya yang halal untuk dimakan. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Untuk mendapatkan sandang pangan dan jabatan. Tanya saja mereka. Semuanya pasti mempunyai jadwal masing-masing mulai dari pagi hingga jam pulang menjelang. Jadwal kerja. Namun terpikirkah oleh kita bahwa diluar itu semua ada satu kewajiban yang seringkali kita abaikan? Kewajiban yang sebenarnya adalah tugas utama kita didunia. Tujuan diciptakannya manusia. Yaitu beribadah kepadaNya.

Beribadah. Bekerja juga ibadah ko! Yap...anda betul. Tapi seringkali kita lalai untuk mengerjakan semua kewajiban yang prioritasnya lebih tinggi dari sekedar bekerja. Bahkan tak terbersit sedikitpun untuk membuat jadwal kita beribadah. Ibadah kita lakukan di waktu sisa. Contoh, bagi umat muslim sholat adalah menjadi 1 kewajiban yang dilaksanakan 5 kali sehari. Masing-masing sholat memiliki tenggang waktu di dalam melaksanakannya. Namun apakah diantara kita selalu mengambil 1/3 waktu awal dari tenggang waktu itu, atau malah mengambil 1/3 waktu terakhir? Bukankah 1/3 waktu terakhir yang diutamakan? Itu mah 1/3 malam terakhir khusus untuk sholat tahajud bang!...............

 Jika adzan tlah berkumandang ‘Allahu akbar, allahu akbar.’ Sebagian orang langsung bergegas meninggalkan pekerjaannya demi memenuhi panggilan Sang Maha Pencipta, membuktikan cinta kepada Sang Maha Pemilik Jiwa. Namun sebagian lagi ada yang berkata ‘Ah...bentar lagi....tanggung, kerjaanku belum beres. Daripada sholat mikirin kerjaan? Mending kerja mikirin sholat kan?’ seakan hati mereka berucap ‘Maaf Tuhan, Saya sedang sibuk...mohon maklum ya...’. sebagian lagi ada yang masih duduk manis tanpa bergeming sedikitpun. Suara adzan hanya sebagai selingan suara yang terdengar tak lebih dari 5 menit di telinga. Seakan tak menanggung beban meninggalkan sebuah kewajiban. Yah...tapi itulah manusia yang mempunyai banyak perbedaan. Manusia yang nantinya akan dibagi menjadi beberapa golongan oleh Tuhannya. Apakah kita termasuk golongan kanan yang dimuliakanNya? Ataukah termasuk golongan kiri yang dimurkaiNya? Wallohua’lam bishowab.

Sepenggal lagu yang sering menyentil hati,
“Bila waktu kan terhenti, teman sejati hanyalah amal......”
“Bila waktu kan terhenti, teman sejati tinggallah sepi......”
Kemanakah kita?
Apa yang kita cari sebenarnya?
Apa tujuan kita sebenarnya?
Apa makna hidup kita sebenarnya?

Tanya pada hati masing-masing. Karena hanya ia yang mampu jawabnya. Pegang dada dan ucapkan nama Tuhanmu yang Maha Suci. Rasakan bahwa Dia selalu ada di dekatmu, bahkan lebih dekat dari kerongkonganmu sendiri.

Dunia takkan lama. Manusia datang dan pergi dari dunia ini. Hanya jatah waktunya saja yang berbeda. Jika hari itu datang dan semua takkan bisa diputar ulang. Apa jawabmu ketika ditanya, bagaimana sholatmu? Apakah kamu kan menjawab ‘Maaf Tuhan, waktu itu saya sedang sibuk jadi lupa sholat....’  , sungguh waktu kau menjawab para malaikat menangis sedih melihatmu.
Kesibukan yang memenuhi hari-hari kita harus kita niatkan juga beribadah kepadaNya. Bekerja, bergaul, dan berkomunikasi dengan orang lain pun menjadi sarana ibadah untuk kita. Namun ibadah rohani dan sunnah-sunnah nabi semoga mampu kita laksanakan lebih banyak lagi. Karena kita umat nabi, umat yang berhati dan berakhlak islami. Semoga tak pernah ada kata ‘Maaf Tuhan, saya sedang sibuk.’ Terucap dari hati kita. Bersegeralah dalam beramal, berlombalah dalam kebaikan. Sungguh, Allah itu Maha Penyayang.

#Terinspirasi dari buku Maaf Tuhan, Saya sedang sibuk karya Ahmad Rifa’i Rifan.



 
;