Rabu, 23 November 2011

Kepercayaan, kembalilah!


Ketika kepercayaan seseorang tlah hilang. Apa yang harus kita lakukan?

Menepi dari ego masing-masing manusia, pasti ada kalanya salah satu harus bisa mengalah. Demi silaturahmi yang tak boleh putus. Meski mungkin sulit bagi masing-masing pribadi untuk mengakui kesalahan, namun ketika yang satu keras maka yang lain harus bisa bersikap lunak.

Berangkat dari kesalahpahaman yang sering terjadi antar sesama sahabat, saudara bahkan orang tua seringkali menjadi penyulut keretakan hubungan antara keduanya. Dan berimbas pada hilangnya kepercayaan.  Menjadi api perpecahan yang kian hari kian bertambah besar jika masing-masing pihak merasa benar.  Bahkan dendam bukan tak mungkin menjadi satu akibat yang terlahir dari semua kesalahpahaman. Solusinya hanya satu. Bicarakan! 

Untuk memulai pembicaraan perlu salah satu pihak yang menggemakan gaungnya. Menyuarakan isi hatinya. Mulailah berbicara dengan hati. Jangan pernah ikuti egomu! Ketika kau merasa benar pun, tak ada salahnya kau yang memulai pembicaraan itu. Mengungkapkan maaf padanya. Berat memang meminta maaf terlebih dahulu, namun pikirlah dengan hati. Pikirkan semua kemungkinan yang terjadi jika tak ada satupun pihak yang memulai meminta maaf terlebih dahulu. Semuanya akan diliputi kebencian, silaturahmi terputus, kesal dalam benak, dendam yang terus bercokol dalam dada. Hubungan tak lagi harmonis. Hubungan yang telah lama dibina, entah itu persahabatan, persaudaraan, atau bahkan pernikahan sekalipun hancur begitu saja. Terlebih jika kita merujuk pada hadist yang menyebutkan bahwa tidaklah baik ketika sesama muslim tidak bertegur sapa selama tiga hari atau lebih. Alangkah baiknya ketika kita di hadapkan pada keadaan seperti itu kita mencoba flashback ke belakang. Ingatlah semua kenangan bersamanya, semua hal yang telah kita lalui bersamanya. Ingatlah kebaikannya. Dia pun manusia, tempatnya salah dan dosa. Coba berpikir jernih sedikit saja. Apakah rela ketika persahabatan, persaudaraan, bahkan pernikahan yang telah kita bangun selama hitungan tahun akan retak begitu saja dalam sehari. Hanya karena egoisme manusia yang tak pernah ada habisnya? Hanya karena gengsi untuk memperbaiki semua keadaan yang telah terjadi? Haruskah nila setitik rusak susu sebelanga? Mohon dipikirkan kembali untuk mendiamkan semua kesalahpahaman ini.
Ketika permohonan maaf telah disampaikan kepada yang bersangkutan, namun tak kunjung mendapat tanggapan, bersabarlah! Itu menjadi batu ujian untuk kita. Satu sarana mengintrospeksi diri bagi kita. Mungkin banyak hal yang membuatnya terlalu terluka, dia hanya butuh waktu untuk memaafkan kita. Satu kewajiban kita mungkin tlah gugur. Tapi bukan berarti meminta maaf hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Meminta maaflah dengan hati. Dengan ketulusan dan kejujuran benar-benar. Jika semuanya tak jua membaik, tawakallah! Kita telah berusaha. Tapi hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati manusia. Kita tak ada sedikitpun daya untuk itu. 

Sahabat. Kepercayaan seseorang sungguh satu hal yang sangat berharga. Hati manusia mudah untuk mengembang bagai kuncup bunga menerima kepercayaan dari seseorang, namun hati manusia pun sangat mudah untuk terkoyak. Dan ketika hati tlah terkoyak, sungguh hati itu sulit untuk mengumpulkan serpihan-serpihan yang sudah terlanjur tersebar. Hati-hatilah dengan hati. Hati-hati dengan lisanmu. Hati-hati dengan sikapmu. 

Untuk sahabatku dan saudaraku…

Maafkan jika semua sikap, kata dan semua perbuatanku menyakiti hatimu, membuatmu salah paham kepadaku, mengaburkan segala kepercayaanmu kepadaku. Tak banyak kata yang bisa aku ungkapkan untuk membuatmu bisa kembali percaya padaku. Aku hanya manusia yang tak mampu tuk sempurna. Bicaralah… aku akan dengarkan seutuhnya. Apa yang mampu membuatmu kembali percaya padaku, tak marah lagi padaku? Ungkapkan saja. Jika memang dengan melampiaskannya kau akan lega, lampiaskanlah. 

Aku tak ingin kehilangan sahabat dan saudara-saudaraku…
Kepercayaan,,,,kembalilah!

T.T

0 komentar:

Posting Komentar

 
;