Ketika kepercayaan seseorang tlah
hilang. Apa yang harus kita lakukan?
Menepi dari ego masing-masing
manusia, pasti ada kalanya salah satu harus bisa mengalah. Demi silaturahmi
yang tak boleh putus. Meski mungkin sulit bagi masing-masing pribadi untuk mengakui
kesalahan, namun ketika yang satu keras maka yang lain harus bisa bersikap
lunak.
Berangkat dari kesalahpahaman yang sering
terjadi antar sesama sahabat, saudara bahkan orang tua seringkali menjadi
penyulut keretakan hubungan antara keduanya. Dan berimbas pada hilangnya kepercayaan.
Menjadi api perpecahan yang kian hari
kian bertambah besar jika masing-masing pihak merasa benar. Bahkan dendam bukan tak mungkin menjadi satu
akibat yang terlahir dari semua kesalahpahaman. Solusinya hanya satu. Bicarakan!
Untuk memulai pembicaraan perlu
salah satu pihak yang menggemakan gaungnya. Menyuarakan isi hatinya. Mulailah
berbicara dengan hati. Jangan pernah ikuti egomu! Ketika kau merasa benar pun,
tak ada salahnya kau yang memulai pembicaraan itu. Mengungkapkan maaf padanya. Berat
memang meminta maaf terlebih dahulu, namun pikirlah dengan hati. Pikirkan semua
kemungkinan yang terjadi jika tak ada satupun pihak yang memulai meminta maaf
terlebih dahulu. Semuanya akan diliputi kebencian, silaturahmi terputus, kesal
dalam benak, dendam yang terus bercokol dalam dada. Hubungan tak lagi harmonis.
Hubungan yang telah lama dibina, entah itu persahabatan, persaudaraan, atau bahkan
pernikahan sekalipun hancur begitu saja. Terlebih jika kita merujuk pada hadist
yang menyebutkan bahwa tidaklah baik ketika sesama muslim tidak bertegur sapa
selama tiga hari atau lebih. Alangkah baiknya ketika kita di hadapkan pada
keadaan seperti itu kita mencoba flashback ke belakang. Ingatlah semua kenangan
bersamanya, semua hal yang telah kita lalui bersamanya. Ingatlah kebaikannya. Dia
pun manusia, tempatnya salah dan dosa. Coba berpikir jernih sedikit saja. Apakah
rela ketika persahabatan, persaudaraan, bahkan pernikahan yang telah kita
bangun selama hitungan tahun akan retak begitu saja dalam sehari. Hanya karena egoisme
manusia yang tak pernah ada habisnya? Hanya karena gengsi untuk memperbaiki
semua keadaan yang telah terjadi? Haruskah nila setitik rusak susu sebelanga? Mohon
dipikirkan kembali untuk mendiamkan semua kesalahpahaman ini.
Ketika permohonan maaf telah
disampaikan kepada yang bersangkutan, namun tak kunjung mendapat tanggapan,
bersabarlah! Itu menjadi batu ujian untuk kita. Satu sarana mengintrospeksi
diri bagi kita. Mungkin banyak hal yang membuatnya terlalu terluka, dia hanya
butuh waktu untuk memaafkan kita. Satu kewajiban kita mungkin tlah gugur. Tapi bukan
berarti meminta maaf hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Meminta maaflah
dengan hati. Dengan ketulusan dan kejujuran benar-benar. Jika semuanya tak jua
membaik, tawakallah! Kita telah berusaha. Tapi hanya Allah yang bisa
membolak-balikkan hati manusia. Kita tak ada sedikitpun daya untuk itu.
Sahabat. Kepercayaan seseorang
sungguh satu hal yang sangat berharga. Hati manusia mudah untuk mengembang
bagai kuncup bunga menerima kepercayaan dari seseorang, namun hati manusia pun
sangat mudah untuk terkoyak. Dan ketika hati tlah terkoyak, sungguh hati itu
sulit untuk mengumpulkan serpihan-serpihan yang sudah terlanjur tersebar. Hati-hatilah
dengan hati. Hati-hati dengan lisanmu. Hati-hati dengan sikapmu.
Untuk sahabatku dan saudaraku…
Maafkan jika semua sikap, kata
dan semua perbuatanku menyakiti hatimu, membuatmu salah paham kepadaku,
mengaburkan segala kepercayaanmu kepadaku. Tak banyak kata yang bisa aku
ungkapkan untuk membuatmu bisa kembali percaya padaku. Aku hanya manusia yang
tak mampu tuk sempurna. Bicaralah… aku akan dengarkan seutuhnya. Apa yang mampu
membuatmu kembali percaya padaku, tak marah lagi padaku? Ungkapkan saja. Jika memang
dengan melampiaskannya kau akan lega, lampiaskanlah.
Aku tak ingin kehilangan sahabat
dan saudara-saudaraku…
Kepercayaan,,,,kembalilah!
T.T
0 komentar:
Posting Komentar