Di suatu kantor yang megah, sore
itu dari kepala-kepala manusia yang mempunyai profesi berbeda masing-masing
mempunyai pemikiran yang berbeda, prasangka yang berbeda pula.
Di dalam gedung lantai 2 dengan
setumpuk pekerjaan berada disampingnya, Didi mulai bosan , mulai stress dengan
pekerjaan, jika disamakan dengan
komputer mungkin sudah hang sejak 15 menit yang lalu. Lelaki paruh baya itu duduk menghadap kaca dan
memandang keluar jendela, memandang seorang tukang bangunan yang sedang
merenovasi tembok bagian luar gedung kantornya. Ia berbisik dalam hati , ‘Enak
ya kayaknya jadi orang itu, dia hanya menggunakan tenaganya untuk bekerja, ia
tak perlu susah payah untuk menghitung uang, ia tak perlu susah payah untuk
mengecek data, ia tak perlu menggunakan pikirannya untuk bekerja, cukup dengan
tenaganya, selesai. Tak perlu lagi pusing-pusing seperti saya.Fuh.....’
Sementara di luar gedung, Darto, kuli
bangunan yang sedang diperhatikan oleh Didi itupun berhenti sejenak, menghela
nafas panjang setelah seharian mengaduk semen dan dengan hati-hati menempelkan
satu persatu keramik hitam di tembok yang sudah mulai usang itu. Capek rasanya.
Seketika muncul bayangan dalam benaknya ketika melihat orang-orang berdasi yang
hilir mudik dihadapannya. Bayangan tentang bagaimana orang-orang berdasi dan memakai blazer dengan
nyamannya bekerja, hanya tinggal duduk di depan laptop dan mengetik satu dua
huruf, hanya tinggal berbicara kesana kemari, sudah dapat uang banyak. ‘Sungguh
beruntungnya mereka. Tak perlu capek dan lelah sebagaimana pekerja kasar
sepertiku. Tak perlu berpanas-panas dan kotor seperti diriku....andai aku jadi
mereka...enak kayaknya...’
Itulah sedikit gambaran manusia.
Seringkali merasa dirinyalah yang paling sengsara. Merasa bahwa dirinya tak
seberuntung orang-orang yang ada di sekitarnya. Seringkali tak mensyukuri apa
yang telah mereka miliki. Ya, Itulah manusia. Yang kerjanya sering mengeluh dan
mengeluh. Seringkali bukan malah memandang rumput sendiri lebih hijau dari pada
rumput tetangga, itulah manusia. Yang tak pernah puas dengan apa yang
dicapainya, apa yang dimilikinya. Manusia. Ya, itu hanya gambaran sebagian
orang saja, semoga itu bukanlah gambaran diri kita.
Ingat kawan, karena bersyukur
adalah sebuah kenikmatan, kenikmatan yang tak pernah bisa dirasakan oleh orang
yang tak pernah puas menjalani hidupnya, orang yang seringkali mengeluh tanpa
memeras peluh untuk mencapai yang diinginkannya. Orang yang ingin segalanya
tercapai dengan instan... Ah!! Mana ada kawan! Mie instan saja harus dimasak
sekian menit untuk menikmatinya, apalagi kesuksesan. Tapi yakinlah kawan, bahwa
kenikmatan hidup seringkali tak didapat seiring dengan didapatkannya
kesuksesan, kenikmatan hidup bisa kita dapatkan dengan bersyukur. Dan hanya
orang-orang yang bersyukur yang mampu menikmati hidup, mampu memaknai hidup
dengan caranya, dengan semua usaha dan doanya....
Syukuri apa yang kita dapatkan
kini, karena belum tentu semua itu masih kita miliki di kemudian hari. Tersenyum
dan ucapkan alhamdulillah atas apa yang kita dapati, hatimu akan lega, karena
jika kau tahu di luar sana bahkan ada yang tak mampu tersenyum seperti kita.
So... Syukur syukur dan terus
bersyukur.
1 komentar:
Keren dinda...terus berkarya..... ^_^
komen posting ini : Insya Allah ini akan menjadi motivasi untuk kita senantiasa bersyukur atas nikmatnya.... ^_^
Posting Komentar